Minggu, 15 Juni 2008

Puisi Akrostik

Pernahkah Anda mendengar istilah 'puisi akrostik'? Jika belum, pernahkah Anda mencoba membuat puisi yang berasal dari nama orang? Kalau ya, berarti Anda telah menghasilkan puisi tersebut. Puisi akrostik adalah puisi yang huruf-huruf awal setiap baris jika dibaca ke bawah menjadi sebuah kata. Puisi ini dapat dihasilkan dari nama orang, tempat, bunga, kota, dan lain-lain. Tidak terlalu sulit untuk membuat puisi semacam ini karena sebagian besar berasal dari ekspresi mendalam penulis tersebut. Saya memiliki empat kemenakan yang benar-benar dapat menyejukkan hati ini. Setiap kali saya menatap wajah atau memerhatikan setiap ucap dan gerak mereka, bagaikan menghirup sejuk tumbuhan pagi hari. Hal ini menggerakkan hati saya untuk membuat puisi berdasarkan nama panggilan mereka.


Keempat Kemenakanku

Empat belas tahun lebih enam bulan usiamu
Kau pendiam dan kutu buku
Ingin membaca buku setiap waktu


Ragu-ragu dalam soal matematika
Aku tak suka menghitung luas segitiga
Yang kusuka pelajaran IPA
Hari-hari kau lalui tanpa rasa duka
Adakah waktumu terlewat tanpa ceria
Nasihat mama papa kau laksanakan dengan gembira


Pipimu yang kemerahan
Untaian kata-katamu yang menggemaskan
Tampak berseri damaikan perasaan
Riang bercerita habiskan waktu berjalan
Impian indah masa kecil semoga tak kau lepaskan


Alangkah lincah gerakmu
Yang mengikuti irama lagu
Ingin rasa hati mencium pipimu


Itu adalah salah satu contoh puisi akrostik. Tentu saja bukan sekadar menyusun puisi yang huruf-huruf awalnya berasal dari nama orang atau tempat, melainkan sebuah karya sastra yang
harus menggambarkan karakter orang atau tempat tersebut. Contoh puisi di atas yang menceritakan keempat kemenakan saya berserta tingkah laku mereka sehari-hari. Kemenakan saya yang sulung memiliki kegemaran membaca buku. Setiap hari libur tiba, jika mama atau papanya tidak menyuruhnya melakukan sesuatu, mungkin saja ia akan menghabiskan seluruh waktunya dengan membaca buku. Bahkan tidak jarang ia enggan menutup bukunya dan menuju meja makan. Kemenakan saya yang kedua sangat menyukai pelajaran IPA. Ilmuwan, itulah cita-citanya. Tetapi lucunya, ia tidak menyukai matematika. Bukan karena tidak bisa, tetapi karena daya khayalnya terlalu tinggi setiap kali membayangkan soal cerita. Kemenakanku yang ketiga adalah seorang gadis kecil yang selalu tersenyum riang. Ia pandai bercerita dan berdeklamasi. Justru dialah yang suka bercerita dongeng sebelum tidur untuk papanya. Kemenakanku yang terkecil, gadis cilik juga berkulit paling gelap dibanding ketiga kakaknya. Walaupun berwatak seperti anak laki-laki (ia sering menyelinap keluar kelas jika tugasnya telah selesai dan Bu Guru tidak lagi menyuruhnya mengerjakan sesuatu), tetapi ia pandai menampilkan tarian modern.
Sebuah puisi akrostik harus memiliki gambaran yang jelas tentang seseorang, tempat, atau peristiwa. Mengenai judul tentu tidak harus mengambil dari nama atau kota yang menjadi ide.

Tidak ada komentar: