Jumat, 01 Agustus 2008

Rahasia Allah

When I was young, eh, sok Inggris ya. Ketika saya masih muda, (memang sekarang sudah nenek-nenek?) saya pernah terheran-heran mengapa ada orang terutama wanita yang belum juga menikah padahal usia mereka nyaris 40 bahkan di atas 40 tahun? Apa sebenarnya yang mereka cari?
Tetapi, seiring perjalanan waktu akhirnya saya memahami bahwa hidup ini tidak selalu seperti yang kita harapkan. Bahwa banyak hal yang kita impikan, rencanakan tetapi bukan merupakan rencana Allah.
Biasanya, jika kita menasihati seseorang amasalah perjodohan, kita selalu mengaitkan dengan usia ('ingat umurmu sudah sekian atau sebentar lagi usiamu mencapai sekian') seolah-olah jika telah melewati masa itu pintu jodoh tertutup rapat. Adalah hal yang kurang bijak jika kita memvonis seseorang yang sudah berusia mapan tetapi masih lajang dengan kata-kata yang merupakan anggapan belaka. Memang baik menasihati, tetapi berhati-hatilah sebab orang-orang semacam ini mudah terpukul perasaannya. Jika memang bermaksud baik, janganlah menyebut usia atau kemungkinan mereka belum juga berjodoh, karena belum tentu anggapan kita benar adanya (walaupun ada informasi yang kita dapat dari orang yang telah lama mengenal dan mengetahui pribadinya). Ucapan yang merupakan doa adalah pelipur lara bagi mereka.
Bukankah setiap orang ada jodohnya? Hanya saja Allah yang akan menentukan kapan bertemu. Jika tidak di dunia, insyaAllah di akhirat.
Menikah memang menggenapkan separuh dien, tetapi jika seseorang telah ditakdirkan tidak mendapat jodoh di dunia ini apakah lantas ia menjadi manusia yang tidak baik agamanya?
Rizki, jodoh, dan kematian adalah rahasia Allah. Kita hanya dapat berusaha tetapi keputusan terakhir tetap di tangan-Nya. Dan Allah itu Mahaadil.

Senin, 14 Juli 2008

Aves di Jalur Ensiklopedia

Pinguin gemar berjalan-jalan tanpa tujuan yang pasti. Mereka sering berjalan kaki secara berkelompok dengan menempuh jarak yang jauh hanya untuk menikmati perjalanan atau pemandangan yang dilalui.

Burung camar mengenali suara sahabatnya walaupun dari jarak yang jauh. Uniknya suara burung selain camar, sekeras apa pun tidak akan sanggup membuatnya terjaga dari tidur.

Seseorang mengatakan bahwa ia benar-benar seekor burung melakukan pembedahan pada kakinya yang patah dengan menggunakan tanah dan ranting-ranting kayu.

(Sumber : Sebaiknya Anda Tahu karya Muhammad K. Abdush Shamad)

Selasa, 01 Juli 2008

Hari Bahasa Indonesia

Saat aku belajar Bahasa Indonesia
Aku terasa seperti akan mati
Senin, rabu, kamis ku terasa berat
Akan tetapi....

Saat aku sudah terbiasa
Aku mulai menyukainya
Saat ada permainan
Aku senang sekali
Karena itu aku ingin
Hari ini terasa lama


Catatan

Sst...puisi di atas adalah karya dari putra sulung Bapak Direktur kita tercinta! Puisi tersebut berisi curahan perasaan si Sulung saat harus menghadapi kenyataan bahwa guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelasnya adalah guru yang terkenal galak dan pemarah. Wah, kok malah buka rahasia, ya?
Bagus kan puisinya? Siapa dulu gurunya? Ehm, ehm. Maaf, salah. Maksud saya, siapa dulu orangtuanya? Jalinan kata yang sederhana namun sungguh memikat. Jujur, saya belum merasa bosan walaupun sudah membacanya lebih dari sepuluh kali. Oh ya, tentang penulisan huruf memang sengaja tidak saya ubah, jadi persis seperti yang asli.

Kamis, 19 Juni 2008

Uniknya Kepribadian Kita

Mahakuasa Allah Swt. yang telah menciptakan kita sehingga berbeda dengan makhluk lainnya. Marilah sejenak kita merenung dan memperhatikan orang-orang di sekitar. Amati tingkah laku dan cara berbicara mereka. Tidak ada yang sama bukan?
Kepribadian manusia memang sangat unik. Setiap kepribadian sebenarnya merupakan perpaduan tipe. Seorang yang berkepribadian introvet biasanya suka menyendiri dan tidak percaya diri jika harus berbicara di depan umum. Hal ini disebabkan mereka terlalu fokus pada diri sendiri. Sebaliknya mereka yang berkepribadian ekstrovert, mudah menjalin komunikasi dengan orang lain dan aktif dalam berbagai kegiatan. Tetapi perlu diingat, tidak ada pribadi yang murni introvert atau ekstrovert. Beberapa orang tipe introvert menjalani profesi mereka sebagai guru, dosen, hakim, atau jaksa yang mengharuskan berbicara di depan umum. Sebaliknya ada juga orang dengan tipe ekstrovert memilih kerja di balik layar seperti penulis, direktur, atau pengusaha.

Selain kedua tipe tersebut, ada sebuah teori yang menyebutkan bahwa kepribadian manusia terdiri atas empat tipe dan setiap pribadi memiliki dua tipe yang dominan. Keempat tipe kepribadian itu adalah :
1. Koleris
Orang dengan tipe ini dikenal keras kepala, tegas, dan senang menuntut. Mereka sangat
percaya akan kemampuan diri dan yakin bahwa dirinya dilahirkan untuk menjadi pemimpin.
Selain itu mereka pantang menyerah dan tidak menyukai siapa pun yang berniat menghalangi mereka.
Orang koleris selalu penuh aktivitas dan berpikir cepat. Berdiam diri bagi mereka adalah
tindakan yang menyia-nyiakan waktu dan tidak berguna. Karena mereka merupakan pribadi yang aktif, maka mereka tidak dapat menahan diri jika melihat suatu kesalahan. Tanpa harus diminta pun, mereka merasa perlu memperbaikinya dengan rasa tanggung jawab, meskipun orang-orang di sekitarnya tidak senang dengan sikap tersebut.
2. Sanguin
Mereka yang memiliki tipe sanguin adalah orang yang ramah dan gemar berbicara. Penuh inspirasi, aktif, dan dapat mempengaruhi lawan bicara untuk mempercayai kata-kata mereka.
Sikap mereka yang optimis menjadikan tipe ini dapat bertindak sebagai motivator yang
menyenangkan.
Meskipun mudah mempengaruhi orang lain, tipe ini juga mudah dipengaruhi. Orang sanguin bukanlah tipe yang pandai menyimpan rahasia dan pelupa. Karena itu, mereka menyukai kegiatan yang bersifat spontan dan tidak monoton. Mereka selalu terlihat gembira dan tanpa beban dalam menjalani kehidupan.
3. Phlegmatis
Orang berkepribadian phlegmatis adalah tipe yang paling menyenangkan untuk dijadikan
kawan. Mereka bersifat pemalu, tidak suka menonjolkan diri, dan merupakan orang yang
sopan serta mempunyai aturan pergaulan yang baik. Orang phlegmatis sedapat mungkin
menghindari konflik dan pertentangan. Mereka dapat menjadi penengah yang baik dalam
setiap perdebatan atau perbedaan pendapat.
Tipe ini menyukai keramaian selama keramaian itu tidak berpusat pada diri mereka. Hal ini disebabkan kepribadian mereka yang tertutup. Orang phlegmatis pandai menyimpan rahasia dan teguh memegang janji. Sayangnya mereka tidak dapat untuk berkata 'tidak' dan cenderung plinplan. Mereka tidak suka membuat kesalahan tetapi juga ingin menghindari ketidakcocokan. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan untuk mengerjakan lebih baik daripada yang diharapkan.
4. Melankolis
Mereka yang bertipe melankolis merupakan pribadi yang serius dan tertutup tetapi cerdas
dan sangat kritis dalam berpikir. Mereka adalah orang yang dapat mengerjakan sesuatu hal jauh lebih tekun dibanding kepribadian lainnya. Orang melankolis sangat berhati-hati dan teliti sehingga mereka memiliki kemampuan luar biasa untuk melihat dan memahami yang sesungguhnya terjadi di balik peristiwa. Sifat mereka yang teliti juga membuat mereka selalu melakukan perencanaan dan melaksanakan rencana itu.
Orang melankolis menyukai hal-hal yang bersifat detail. Mereka akan menghitung untung rugi suatu kegiatan dengan ketelitian yang sangat tinggi dan berusaha untuk mendapatkan data lebih banyak dari lawan bicara. Sayangnya, orang melankolis ini mudah curiga. Mereka tidak mau begitu saja mempercayai kebaikan orang lain walaupun orang itu melakukannya dengan tulus. Bisa jadi mereka akan tetap berpikir bahwa orang itu mempunyai maksud tersembunyi di balik perbuatan baik itu.

Tidak ada tipe kepribadian yang sempurna sebab Allah menciptakan hamba-Nya dengan
segala kekurangan dan kelebihan. Setiap kepribadian memiliki keunikan juga keistimewaan.
Merenungi kekurangan diri dan berusaha memperbaikinya adalah sikap yang terpuji.

Minggu, 15 Juni 2008

Puisi Akrostik

Pernahkah Anda mendengar istilah 'puisi akrostik'? Jika belum, pernahkah Anda mencoba membuat puisi yang berasal dari nama orang? Kalau ya, berarti Anda telah menghasilkan puisi tersebut. Puisi akrostik adalah puisi yang huruf-huruf awal setiap baris jika dibaca ke bawah menjadi sebuah kata. Puisi ini dapat dihasilkan dari nama orang, tempat, bunga, kota, dan lain-lain. Tidak terlalu sulit untuk membuat puisi semacam ini karena sebagian besar berasal dari ekspresi mendalam penulis tersebut. Saya memiliki empat kemenakan yang benar-benar dapat menyejukkan hati ini. Setiap kali saya menatap wajah atau memerhatikan setiap ucap dan gerak mereka, bagaikan menghirup sejuk tumbuhan pagi hari. Hal ini menggerakkan hati saya untuk membuat puisi berdasarkan nama panggilan mereka.


Keempat Kemenakanku

Empat belas tahun lebih enam bulan usiamu
Kau pendiam dan kutu buku
Ingin membaca buku setiap waktu


Ragu-ragu dalam soal matematika
Aku tak suka menghitung luas segitiga
Yang kusuka pelajaran IPA
Hari-hari kau lalui tanpa rasa duka
Adakah waktumu terlewat tanpa ceria
Nasihat mama papa kau laksanakan dengan gembira


Pipimu yang kemerahan
Untaian kata-katamu yang menggemaskan
Tampak berseri damaikan perasaan
Riang bercerita habiskan waktu berjalan
Impian indah masa kecil semoga tak kau lepaskan


Alangkah lincah gerakmu
Yang mengikuti irama lagu
Ingin rasa hati mencium pipimu


Itu adalah salah satu contoh puisi akrostik. Tentu saja bukan sekadar menyusun puisi yang huruf-huruf awalnya berasal dari nama orang atau tempat, melainkan sebuah karya sastra yang
harus menggambarkan karakter orang atau tempat tersebut. Contoh puisi di atas yang menceritakan keempat kemenakan saya berserta tingkah laku mereka sehari-hari. Kemenakan saya yang sulung memiliki kegemaran membaca buku. Setiap hari libur tiba, jika mama atau papanya tidak menyuruhnya melakukan sesuatu, mungkin saja ia akan menghabiskan seluruh waktunya dengan membaca buku. Bahkan tidak jarang ia enggan menutup bukunya dan menuju meja makan. Kemenakan saya yang kedua sangat menyukai pelajaran IPA. Ilmuwan, itulah cita-citanya. Tetapi lucunya, ia tidak menyukai matematika. Bukan karena tidak bisa, tetapi karena daya khayalnya terlalu tinggi setiap kali membayangkan soal cerita. Kemenakanku yang ketiga adalah seorang gadis kecil yang selalu tersenyum riang. Ia pandai bercerita dan berdeklamasi. Justru dialah yang suka bercerita dongeng sebelum tidur untuk papanya. Kemenakanku yang terkecil, gadis cilik juga berkulit paling gelap dibanding ketiga kakaknya. Walaupun berwatak seperti anak laki-laki (ia sering menyelinap keluar kelas jika tugasnya telah selesai dan Bu Guru tidak lagi menyuruhnya mengerjakan sesuatu), tetapi ia pandai menampilkan tarian modern.
Sebuah puisi akrostik harus memiliki gambaran yang jelas tentang seseorang, tempat, atau peristiwa. Mengenai judul tentu tidak harus mengambil dari nama atau kota yang menjadi ide.

Kamis, 12 Juni 2008

Bagaimana Bersikap di Dunia Pendidikan

Bergerak di dunia pendidikan, tentu berbeda dengan menekuni profesi yang lain. Tidak boleh ada perasaan merasa lebih tua atau lebih pandai dibanding rekan yang lebih muda atau yang baru bekerja. Pelajaran tersebut saya dapatkan dari bibi (adik bungsu ibuku) bahwa kita harus menghilangkan perasaan semacam itu. Sejak saat itulah, saya bertekad jangan merasa lebih dibanding yang lain, walaupun orang itu jauh lebih muda.
Menempatkan diri di dalam lingkungan pendidikan sudah pasti tidak dapat disamakan dengan tempat lain, maaf, pasar, misalnya. Perilaku dan kata-kata yang dirangkai jelas akan bertolak belakang. Jika di pasar, tidak seorang pun yang melarang orang berbicara apa pun termasuk menyapa orang dengan sebutan apapun, tentu tidak demikian halnya di dunia pendidikan.
Siapa pun yang telah menerjunkan dirinya ke dalam lautan ilmu ini, tidak dapat bersikap dan berucap sekehendak hatinya. Masyarakat akan menyoroti apa pun yang mereka katakan dan lakukan.
Sayangnya, tidak semua orang yang berada di lingkungan tersebut mampu menerapkan hal itu walaupun bisa jadi ia merupakan sosok yang cukup lama bergabung. Yang menyedihkan, kadang-kadang sosok tersebut justru seseorang yang memegang jabatan tertinggi dan seharusnya menjadi teladan bagi anak buahnya. Meskipun tidak semua, tetapi masih saja ada pimpinan yang masuk ruang kerja anak buahnya dan langsung memanggil salah seorang karyawannya seperti penjual yang sedang menjajakan dagangannya. Ada pula yang memerintah bawahannya dengan sikap seolah-olah bawahan itulah yang membutuhkan dirinya, padahal sudah jelas bahwa dialah yang membutuhkan. Ada juga pimpinan yang menyuruh anak buahnya dengan sikap seorang raja, saat menyuruh tidak terlontar kata 'tolong' dan setelah mendapatkan yang diperlukan tidak juga keluar ucapan 'terima kasih'. Tidak dari wajah apalagi dari ucapan.
Dunia pendidikan merupakan dunia yang istimewa sebab tempat ini telah mendapat kepercayaan untuk mencetak para calon pemimpin bangsa masa depan. Tempat istimewa tentulah wadah bagi orang-orang yang terpilih (artinya tidak semua orang mampu berdedikasi sepenuhnya di sini). Mereka yang terpilih inilah yang harus berhati-hati dalam setiap langkah.
Setiap ucap dan gerak langkah para pendidik merupakan perhatian para siswa. Maka, sangat disayangkan masih ada seorang pendidik yang menyapa rekan kerjanya (yang jauh lebih muda) dengan nama saja tanpa sebutan 'bu' atau 'pak', padahal saat itu ada beberapa murid. Begitu pula halnya dengan pemegang jabatan tertinggi di dunia pendidikan. Masih ada yang menyapa anak buahnya dengan nama saja. Rasanya bukan hal yang tepat, apalagi terjadi di lingkungan yang seharusnya menjadi contoh.
Mungkin hal di atas bukan masalah jika terjadi di tempat lain. Kakak saya yang bekerja di sebuah perseoran yang bergerak di bidang perkapalan pernah bercerita tentang seorang pegawai baru bergelar magister lulusan salah satu universitas Jerman. Pegawai tersebut malah menawarkan kepada kakak supaya menyapanya dengan nama saja dan tetap menyebut kakak dengan 'pak'. Ini berarti ada kesepakatan dari kedua belah pihak dan berada di tempat yang tepat.
Sekali lagi, dalam dunia pendidikan kita dituntut untuk bersikap rendah hati, tidak perduli siapa pun dia. Karena dengan sikap rendah hati, maka setiap gerak laku dan ucap kita akan terarah. Sebab dengan sikap mawas dirilah, maka kita akan berusaha mempertimbangkan untaian kata yang hendak diucap dan berhati-hati dalam segala tindakan.
Terakhir, segala sikap dan tindak-tanduk kita merupakan cermin keberhasilan dalam mendidik generasi harapan bangsa.

Sabtu, 31 Mei 2008

Kemenakanku (Bagian Pertama)

My Beloved Nephew

Kuingat sore itu
sepeda motor berhenti di depan rumahku
segera kusambut yang bertamu
kulihat engkau menangis tersedu

Hatiku pun seakan terluka
kulihat engkau sangat berduka
ibumu pun bercerita
saat makan siang kau gelengkan kepala

Ayahmu berkata
Mungkin kau lebih suka
cari suasana berbeda
hingga kami antar ke rumah Neneknda

Bergegas aku tersenyum ceria
kutatap wajahmu penuh cinta
sebentar saja kudekap engkau sukacita
kubisikkan beberapa patah kata

Makan rawon sama Tante, ya?
Si Kecil anggukkan kepala
Aku makan rawon sama Tante saja
Rawon memang makanan kesukaannya


Puisi di atas kutulis saat aku teringat masa kecil kemenakanku yang sekarang duduk di kelas VIII (dan memiliki seorang adik laki-laki dan dua adik perempuan).
Kenaikan kelas yang akan datang, InsyaAllah, dia akan duduk di kelas IX. Aku sudah berjanji pada dia dan ayahnya (kakakku) untuk memberinya soal-soal latihan UNAS karena aku juga mengajar di kelas IX.
Kemenakanku yang dulu kecil mungil kini telah beranjak remaja. Kegemarannya membaca dan membuat komik. Sayangnya dia masih malu kalau aku ingin melihat hasil karyanya. Meskipun demikian, aku berharap dia akan dapat menyalurkan bakatnya dengan tepat.

Senin, 12 Mei 2008

Sekelumit Pengalaman Jadi Baby Sitter

Saat aku lulus SMP, pekerjaan baru telah menungguku, yaitu menjadi baby sitter putra pamanku alias adik sepupuku. Maklumlah pamanku dan istrinya sama-sama bekerja. Apalagi Paman, beliau dapat disebut pribadi yang workholic. Belum terpikir untuk mencari pramuwisma, lagipula saudara dekat mau menolong.
Ibuku menyambut permintaan tolong adiknya dengan sukacita. Beliau memang menyukai anak- anak sesuai dengan profesinya sebagai guru TK. Begitu pula dengan diriku yang sudah lama ingin
segera menggendong bayi mungil itu.
Jadilah aku menjadi baby sitter selama liburan. Pagi sekitar 07.30, paman dan bibi menitipkan si Kecil di rumah kami dan bibi menggendong bayinya pulang sekitar pukul 16.00.
Menurutku mengasuh bayi tidaklah terlalu sulit bila dibandingkan ketika bayi itu sudah mulai harus dititah, sungguh melelahkan. Belum lagi kalau sudah pandai bicara, biasanya suka protes.
Tahun demi tahun terus berlalu. Tidak terasa ia genap tiga tahun. Aku mulai merasa kewalahan. Adik sepupuku ini hanya menyukai lauk pindang dan kecap, lain tidak. Ia selalu menolak apabila mengetahui tak ada pindang dan kecap dalam sepiring nasinya.
Mula-mula aku menuruti saja maunya, yang penting dia mau makan. Tetapi timbul pikiran lain dalam benakku, kalau begini caranya bagaimana dengan pemenuhan gizi lainnya. Setiap hari hanya pindang dan kecap. Aku bertekad harus memenuhi standar gizi yang diperlukan balita seusianya. Bagiku, pamanku telah mempercayakan putranya kepadaku, berarti tugasku tidak sekadar mengenyangkannya, menemaninya bermain, atau menidurkannya. Lebih dari itu, setiap gerak lakunya adalah tanggung jawabku selama orang tuanya belum datang.
Aku berpikir supaya dia mau menikmati telur matasapi yang kubuat. Kali pertama ia menolak, aku mengalah karena belum menemukan cara yang jitu untuk menaklukkan kekerasan hatinya.
Tetapi siang ini aku tidak boleh kalah karena telah menyiapkan segalanya. Sepulang kuliah, aku menggoreng telur matasapi dan memotong-motongnya sampai menjadi serpihan. Sepiring nasi kecap dan pindang telah kusiapkan. Kuaduk serpihan telur mata sapi itu sehingga tercampur. Aku katakan terus terang bahwa lauk makan siang itu bukan hanya pindang dan kecap tetapi ditambah telur. Semula ia menolak. Aku menyuruh untuk mencicipinya sesuap dulu jika terasa telur ia boleh minta ganti. Alhamdulillah tampaknya ia menyukai lauk hari itu.
Syukurlah untuk selanjutnya adik sepupuku itu tidak menjadi pindang mania. Beberapa tahun kemudian kesukaannya beralih pada tahu bakso dan saus. Saat ia duduk di bangku SMP, ayam goreng dan saus sambal menjadi kegemarannnya. Yang terakhir ini mungkin pengaruh dari ayah ibunya, keduanya sama-sama dokter hewan.
Oh ya, semula saya sempat mengira kalau paman memelihara ayam untuk memenuhi selera kedua putranya. Ternyata saya salah, karena beliau memelihara ayam jago, kate, dan beberapa ekor bebek. "Biar ramai, "begitu komentar beliau.

Kamis, 08 Mei 2008

Kisah Kerajaan Pantang Mundur

Akhir-akhir ini banyak blog bermunculan bagaikan jamur di musim hujan. Orang-orang dari berbagai usia dan profesi pun tidak mau ketinggalan, berlomba-lomba membuat blog. Walaupun ada juga yang hanya pasang judul, sedangkan blognya tidak pernah diisi (yang merasa tersindir jangan marah, ya. Saya juga punya blog spesalis judul, kok).
Al kisah tersebutlah sebuah kerajaan bernama Pantang Mundur yang berdiri megah di wilayah mungil dengan penduduknya yang ramah tamah. Kerajaan ini sangat terkenal sampai ke pelosok dan sangat disegani oleh kerajaan-kerajaan lain.
Raja Kerajaan Pantang Mundur adalah seorang yang arif bijaksana. Kadang-kadang arif, lain waktu ia bijaksana (apa ya bedanya?) Yang jelas Yang Mulia Baginda tidak bernama Arif Bijaksana.
Baginda selalu menginginkan kemajuan bagi kerajaan dan rakyatnya, terutama dalam bidang teknologi spesialis internet. Maka ia menyediakan fasilitas internet gratis online 24 jam (kecuali kalau listrik padam, komputer ngadat, atau sebab-sebab yang lain). Ia sangat mengharap seluruh rakyatnya tidak lagi gaptek (gagap teknologi) . Malu kan, masa kerajaan terkenal, penduduknya buta teknologi? Tetapi sebelum memerintahkan rakyat mengakses internet, sang Raja pun belajar lebih dulu karena ingin memberi telatan eh salah, teladan.
Sang Raja yang terkenal dengan kegigihannya itu pun kini telah berhasil membuat nyaris 100 persen dari total jumlah rakyatnya terbebas dari buta internet. Suatu hasil yang fantastis karena dalam waktu relatif singkat, raja mampu mengentaskan 99,9 persen rakyatnya dari gaptek.
Keputusan raja yang membebaskan rakyat menggunakan fasilitas internet kerajaan 24 jam itu tentu saja disambut gegap gempita oleh rakyat. Mereka bersyukur memiliki pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka pun berlomba-lomba mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan teknologi khususnya internet.
Seiring dengan berjalannya waktu, Tuanku Yang Mulia Baginda tidak ingin rakyatnya sekadar mengetahui dunia maya tetapi lebih dari itu. Ya, beliau juga mengharapkan rakyatnya untuk berkarya. Pengumuman melalui dunia maya pun berkumandang.
Wahai rakyat Kerajaan Pantang Mundur yang tercinta, bacalah pengumuman ini!
Pengumuman!
Mulai saat ini kalian wajib membuat blog ! Perintah Baginda Raja tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat-menyurat!
Tentu saja sang Baginda tidak asal memerintah, beliau juga mengadakan beberapa kali pembinaan dan pelatihan sampai rakyatnya menguasai ilmu blog-blogan.
Seperti biasa raja tersebut telah membuat blog lebih dulu sebelum membuat pengumuman itu. Satu hari sang Baginda mampu melakukan posting sampai 100 kali (kebanyakan nih, kurangi 0-nya satu boleh kan, daripada 1-nya yang dikurangi). Satu hari beliau menghasilkan 10 artikel maupun opini.
Tetapi sayang seribu sayang, belum 100 persen rakyatnya yang melaksanakan perintah rajanya. Alasan mereka beragam, ada yang mengatakan tidak punya waktu, fasilitas internet masih kurang sehingga harus bergiliran, dan beberapa alasan lainnya. Setelah menunggu dan berusaha bersabar beberapa waktu, Baginda pun memutuskan untuk memberikan ultimatum kepada rakyatnya yang belum juga membuat blog. Ia menentukan akan memberlakukan deportasi atau menghapus kewargakerajaan kepada rakyat yang membangkang itu. Deportasi diberlakukan bagi rakyat imigran, sedangkan menghapus kewargakerajaan diberlakukan bagi rakyat penduduk di sekitar kerajaan.
Baginda Kerajaan Pantang Mundur tampaknya terlupa satu hal. Rakyatnya memiliki kewajiban yang lebih utama dibanding membuat blog. Membuat blog hanya dapat dilakukan pada saat longgar dan harus diselesaikan dalam waktu berjam-jam. Padahal ada tanggung jawab lain yang tidak dapat ditunda atau ditinggalkan begitu saja.
Seandainya tidak satu pun rakyat yang dapat atau sempat membuat blog, maka pasti terjadilah korban-korban deportasi dan warga yang tidak punya status kewargakerajaan. Lha, kerajaannya bisa bubar. Padahal syarat-syarat berdirinya kerajaan kalau tidak salah : 1. memiliki wilayah, artinya ada kerajaan yang nyata, 2. sudah ada rajanya, dan 3. rakyat yang tinggal di wilayah itu. Kalau kerajaan bubar, berarti dinasti Pantang Mundur bisa-bisa hanya tinggal nama.
Sampai detik ini kerajaan tersebut masih berdiri dengan megahnya tetap dengan Sri Baginda yang arif bijaksana itu, walaupun kadang-kadang suka lupa dengan predikat tersebut (wajar kan, 'Raja juga manusiaaa'!).


Catatan : Cerita ini khayalan belaka. Jika ada beberapa bagian yang sama, hal itu bukan merupakan kebetulan.



Selasa, 06 Mei 2008

Antara Kritikan dan Celaan

Beberapa bulan yang lalu saya menulis kritik kepada seorang penyair yang telah melakukan kritik terhadap karya-karya para penyair pemula di sebuah situs. Saya mengatakan bahwa kritikan harus dilakukan dengan cara seimbang dan saya tegaskan kritikan bukanlah celaan. 'Yang Anda tulis adalah celaan bukan kritikan' begitulah komentar saya.
Penyair tersebut berdalih bahwa ia ingin membangkitkan semangat para penyair remaja agar tidak terlena oleh pujian dan cepat puas. Menurutnya kritikannya dapat menjadikan orang lebih bersemangat menghasilkan karya.
Penyair itu pun menyebut celaannya sebagai kritikan. Ini sangat mengherankan, padahal jelas keduanya berbeda. Kritikan (apalagi kritik sastra) haruslah menyebutkan kelebihan dan kekurangan suatu karya, sekaligus memberikan saran bagi perbaikan. Sebaliknya celaan bernada mengejek dan cenderung menjatuhkan mental serta mematahkan semangat (kenyataannya komentar penyair tersebut lebih bernada celaan dibanding kritikan).
Kita memerlukan dua hal yang berbeda asalkan tidak berlebihan. Perilaku rendah diri sangat dilarang karena orang yakin bahwa dirinya tidak memiliki kelebihan yang pantas ditampilkan. Terlalu percaya diri pun tidak boleh dilakukan karena akan menyebabkan seseorang merasa lebih unggul dibanding yang lain. Demikian pula kita memerlukan pujian untuk membangkitkan semangat dan kritikan untuk supaya tidak mudah terlena dan cepat puas.
Sayangnya dalam kehidupan sehari-hari, sebagian orang beranggapan bahwa dengan mencela berarti ia sudah berkritik ria. Kritikan dapat membuat orang berlapang dada meskipun pedas. Kritikan dapat membuat orang merenung, menyadari kesalahan, dan berusaha memperbaiki diri. Sedangkan apabila kita mendengar celaan, terasa panas telinga, terbakar amarah, dan cenderung melampiaskannya yang mengakibatkan hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Maka berhati-hatilah dalam bersikap.

Catatan : InsyaAllah, saya akan menulis tentang kritik ini lebih banyak sesuai dengan pengetahuan saya.

Menggali Potensi Menulis bagi Remaja

Sebagai guru spesialis bahasa Indonesia saya berkewajiban melatih anak didikku agar mampu menulis. Akibat yang terjadi adalah saya menjadi tergerak untuk terus menulis. Bukankah mengherankan jika seorang guru menugaskan muridnya untuk mengarang, tetapi dia belum menemukan kesempatan guna menuangkan idenya?
Saya menyadari tidak semua anak memiliki bakat menulis. Meskipun demikian, latihan demi latihan dapat menjadikan ide dan imajinasi bermunculan dengan mudah. Tinggal masalah mengubahnya menjadi sebuah karya.
Sebagian anak mendapat kesulitan menyulap bahasa lisan menjadi bahasa tulisan. Jika kita membaca karya mereka, tidak ada bedanya dengan mendengar mereka ketika berbicara. Belum lagi kalau anak tersebut tidak mencantumkan satu tanda baca pun pada karyanya (mirip telegram yang tidak mengenal tanda baca secara transparan). Karya semacam ini sangat sulit dipahami. Orang yang membaca pasti akan mengerutkan kening.
Tidak jarang saya pun menggeleng-gelengkan kepala. Tetapi saya segera teringat bahwa mereka telah berusaha sebaik-baiknya. Bukan hal yang mudah membuat tulisan apalagi bagi mereka yang tidak berbakat dalam bidang ini.
Saya selalu berusaha memberikan dorongan kepada para siswa agar mereka dapat menghasilkan suatu karya. Percaya diri adalah hal pertama yang saya tanamkan. Pantang bagi saya mencela sebuah karya, walaupun hanya karena iseng. Saya selalu berusaha menahan diri untuk berkomentar misalnya, 'Apa yang kamu tulis? Menulislah yang bermanfaat!' apalagi jika saya belum membaca apa-apa. Hal semacam itu saya hindari (meskipun bertujuan iseng atau hanya ingin melakukan uji coba) karena ada anak yang justru lenyap idenya setelah mendengar kata-kata tersebut. Bahkan orang dewasa pun dapat termangu-mangu, heran, dan dongkol mendengar komentar itu. Hanya saja bedanya orang dewasa lebih memiliki pandangan yang luas untuk menelaah ucapan tersebut dengan pikiran positif.
Tetapi ada pula murid-murid saya yang telah menampakkan bakatnya. Ada yang berbakat menulis puisi, cerpen, dan ada juga yang jago menulis artikel (walaupun sederhana). Apabila membaca karya-karya mereka, insyaAllah, kita tersenyum bangga dan mengucap alhamdulillah karena telah menemukan generasi muda yang penuh potensi.
Generasi muda adalah tambang emas bagi dunia menulis dan sastra. Tugas kita adalah menggali dan menggali bakat mereka, membimbing, dan memberikan semangat dengan cara yang sesuai.

Menentukan Pilihan dalam Hidup

Allah Swt. memberi kesempatan kepada manusia untuk menentukan jalan hidup. Dia menyediakan banyak pilihan yang dapat diambil umat-Nya. Bahkan, manusia memperoleh kesempatan itu berkali-kali, berkali-kali, dan berkali-kali, sehingga manusia sendiri yang merasa bosan.
Takdir kita memang telah digariskan oleh-Nya. Walaupun demikian, takdir dapat saja berubah sesuai dengan usaha yang kita lakukan.
Sayangnya kita sering melupakan bahwa Allah telah menganugerahkan keistimewaan dan banyak kesempatan agar kita giat berusaha. Tidak jarang kita jalan di tempat menikmati semua yang telah kita rasakan dan enggan untuk meraih sesuatu yang lebih baik. Kadang-kadang pula kita bimbang untuk mencari yang lebih baik itu hanya karena khawatir akan menimbulkan pertanyaan dan kekecewaan dari berbagai pihak. Kita memutuskan untuk tidak lagi meributkan masalah itu.
Seharusnya kita tidak perlu khawatir. Kita berhak menentukan pilihan, berhak memilih yang terbaik untuk masa depan akhirat dan dunia. Mungkin beberapa pihak menyayangkan keputusan yang kita ambil, tetapi sekali lagi mereka tidak berhak untuk menghalangi langkah kita.
Kekecewaan yang telah dirasakan dapat dijadikan cambuk meraih kesuksesan. Kekecewaan yang bertumpuk-tumpuk memang dapat melecut keinginan kita untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari sekarang, yang telah kita dapatkan.
Sekali lagi, itu hanyalah salah satu pilihan dalam hidup.

Arti Guru yang Sebenarnya

Sedih rasanya setiap kali saya membaca komentar tentang beberapa orang berprofesi sebagai pendidik. Ternyata mereka menjadi guru bukan karena tertarik pada dunia pendidikan atau ingin membimbing tunas harapan bangsa, melainkan karena tidak ada pekerjaan lain yang lebih mudah daripada menjadi guru. Alangkah sempit pikiran mereka sehingga menganggap profesi yang satu ini mudah dijalani.
Mungkin pendapat mereka tidak sepenuhnya salah. Semua orang bisa menjadi guru. Apa susahnya mengajar? Seorang kakak yang mengajari adiknya sesuatu juga bisa disebut guru, guru bagi adiknya. Seorang anak yang memberitahu temannya tentang cara mengerjakan sesuatu pun sudah menjadi guru. Kalau begitu anak TK pun bisa menjadi guru?
Padahal menjadi guru tidak sekadar berdiri di depan kelas dan bercuap-cuap menerangkan pelajaran. Guru bukanlah seorang hanya memberikan tugas dan menjatuhkan hukuman ketika murid-muridnya tidak mengerjakan tugas, lebih dari itu, ia mempunyai tanggung jawab moral yang tinggi. Selain mengajarkan ilmu pengetahuan, ia juga wajib mendidik akhlak para generasi bangsa agar kelak berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Sebuah tugas yang tidak mudah, memerlukan kesabaran yang tinggi, dan membutuhkan kelapangan dada yang luas.
Tidak ada yang lebih membahagiakan seorang guru jika melihat anak didiknya berhasil mencapai cita-cita, sebaliknya tidak ada yang lebih menyedihkan seorang guru saat mengetahui bahwa muridnya gagal meraih masa depan.