Selasa, 06 Mei 2008

Menggali Potensi Menulis bagi Remaja

Sebagai guru spesialis bahasa Indonesia saya berkewajiban melatih anak didikku agar mampu menulis. Akibat yang terjadi adalah saya menjadi tergerak untuk terus menulis. Bukankah mengherankan jika seorang guru menugaskan muridnya untuk mengarang, tetapi dia belum menemukan kesempatan guna menuangkan idenya?
Saya menyadari tidak semua anak memiliki bakat menulis. Meskipun demikian, latihan demi latihan dapat menjadikan ide dan imajinasi bermunculan dengan mudah. Tinggal masalah mengubahnya menjadi sebuah karya.
Sebagian anak mendapat kesulitan menyulap bahasa lisan menjadi bahasa tulisan. Jika kita membaca karya mereka, tidak ada bedanya dengan mendengar mereka ketika berbicara. Belum lagi kalau anak tersebut tidak mencantumkan satu tanda baca pun pada karyanya (mirip telegram yang tidak mengenal tanda baca secara transparan). Karya semacam ini sangat sulit dipahami. Orang yang membaca pasti akan mengerutkan kening.
Tidak jarang saya pun menggeleng-gelengkan kepala. Tetapi saya segera teringat bahwa mereka telah berusaha sebaik-baiknya. Bukan hal yang mudah membuat tulisan apalagi bagi mereka yang tidak berbakat dalam bidang ini.
Saya selalu berusaha memberikan dorongan kepada para siswa agar mereka dapat menghasilkan suatu karya. Percaya diri adalah hal pertama yang saya tanamkan. Pantang bagi saya mencela sebuah karya, walaupun hanya karena iseng. Saya selalu berusaha menahan diri untuk berkomentar misalnya, 'Apa yang kamu tulis? Menulislah yang bermanfaat!' apalagi jika saya belum membaca apa-apa. Hal semacam itu saya hindari (meskipun bertujuan iseng atau hanya ingin melakukan uji coba) karena ada anak yang justru lenyap idenya setelah mendengar kata-kata tersebut. Bahkan orang dewasa pun dapat termangu-mangu, heran, dan dongkol mendengar komentar itu. Hanya saja bedanya orang dewasa lebih memiliki pandangan yang luas untuk menelaah ucapan tersebut dengan pikiran positif.
Tetapi ada pula murid-murid saya yang telah menampakkan bakatnya. Ada yang berbakat menulis puisi, cerpen, dan ada juga yang jago menulis artikel (walaupun sederhana). Apabila membaca karya-karya mereka, insyaAllah, kita tersenyum bangga dan mengucap alhamdulillah karena telah menemukan generasi muda yang penuh potensi.
Generasi muda adalah tambang emas bagi dunia menulis dan sastra. Tugas kita adalah menggali dan menggali bakat mereka, membimbing, dan memberikan semangat dengan cara yang sesuai.

Tidak ada komentar: