My Beloved Nephew
Kuingat sore itu
sepeda motor berhenti di depan rumahku
segera kusambut yang bertamu
kulihat engkau menangis tersedu
Hatiku pun seakan terluka
kulihat engkau sangat berduka
ibumu pun bercerita
saat makan siang kau gelengkan kepala
Ayahmu berkata
Mungkin kau lebih suka
cari suasana berbeda
hingga kami antar ke rumah Neneknda
Bergegas aku tersenyum ceria
kutatap wajahmu penuh cinta
sebentar saja kudekap engkau sukacita
kubisikkan beberapa patah kata
Makan rawon sama Tante, ya?
Si Kecil anggukkan kepala
Aku makan rawon sama Tante saja
Rawon memang makanan kesukaannya
Puisi di atas kutulis saat aku teringat masa kecil kemenakanku yang sekarang duduk di kelas VIII (dan memiliki seorang adik laki-laki dan dua adik perempuan).
Kenaikan kelas yang akan datang, InsyaAllah, dia akan duduk di kelas IX. Aku sudah berjanji pada dia dan ayahnya (kakakku) untuk memberinya soal-soal latihan UNAS karena aku juga mengajar di kelas IX.
Kemenakanku yang dulu kecil mungil kini telah beranjak remaja. Kegemarannya membaca dan membuat komik. Sayangnya dia masih malu kalau aku ingin melihat hasil karyanya. Meskipun demikian, aku berharap dia akan dapat menyalurkan bakatnya dengan tepat.
Sabtu, 31 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar